Komisi PRK MUI Sebut Pendekatan Komprehensif Cegah Perundungan dan Pelecehan Seksual di Lingkungan Pendidikan

Komisi PRK MUI Sebut Pendekatan Komprehensif Cegah Perundungan dan Pelecehan Seksual di Lingkungan Pendidikan. (Dok. MUI/WaraWiri.net)

Jakarta, WaraWiri.net - Wakil Ketua Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga MUI Prof Zahrotun Nihayah menekankan pentingnya pendekatan komprehensif dan intensif untuk mencegah perundungan (bullying) serta pelecehan seksual di lingkungan sekolah dan pesantren. 

“Keberhasilan program pencegahan ini sangat dipengaruhi durasi dan intensitas program yang diterapkan baik dalam jangka pendek maupun panjang, ” ujarnya. 

Prof Nihayah menegaskan bahwa pencegahan bullying harus dimulai dengan menciptakan lingkungan yang aman dan suportif di sekolah atau pesantren, hal ini penting untuk mempromosikan perilaku positif di kalangan santri.

"Pendekatan komprehensif dan fokus pada seluruh bagian sekolah atau pesantren sangat penting agar tercipta lingkungan yang aman dan mempromosikan perilaku positif," ujarnya saat dihubungi MUIDigital, Selasa (29/10/2024).

Selanjutnya, ia juga menekankan pentingnya pengurangan dampak agresivitas dan senioritas di lingkungan pendidikan, karena hal tersebut kerap menjadi pemicu terjadinya bullying. 

Selain itu, Prof Zahrotun juga mengatakan bahwa lingkungan yang mendukung prestasi akademik santri juga bisa menjadi faktor pencegahan bullying yang efektif. 

Menurutnya, koordinasi antar kelas, antar anggota kamar, serta keterlibatan aktif keluarga dalam program pencegahan bullying merupakan langkah penting untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan.

"Konsistensi dan komitmen yang berkesinambungan harus ada untuk memastikan keberlanjutan program yang sudah dibuat di pesantren," tambahnya.

Selain itu, pelibatan tenaga ahli seperti psikolog santri, ustadz, ustadzah, dan konselor juga dianggap penting, hal ini diperlukan untuk menjaga kesejahteraan santri serta mengurangi potensi terjadinya bullying di lingkungan pesantren. 

“Tenaga ahli ini akan membantu pesantren dalam mengelola kondisi psikologis santri, yang bisa menjadi faktor penting dalam mencegah tindakan agresif,” tegasnya.

Prof Zahrotun juga menggarisbawahi perlunya kebijakan disiplin yang jelas dan adil, yang berorientasi pada kesejahteraan santri serta pengasuhnya. 

Menurutnya, pendekatan yang lebih suportif seperti mengajarkan perilaku positif akan lebih efektif daripada menerapkan hukuman yang keras dalam menekan perilaku bullying.

“Perlu ada pengawasan yang lebih ketat dan aturan yang jelas di pesantren untuk mencegah insiden ini. Aturan harus diterapkan dengan ketat, didampingi, dan dievaluasi secara terus-menerus," ujarnya menjelaskan.

Ia juga menyoroti bahwa meskipun kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum pengelola pesantren jarang terjadi, dampaknya sangat besar karena mencoreng nama baik lembaga pendidikan Islam, oleh karena itu, setiap oknum yang terlibat harus ditindak tegas demi menjaga kehormatan pesantren.

Selain aspek disiplin dan pengawasan, Prof. Zahrotun juga mendorong penerapan konsep pesantren ramah anak. 

Menurutnya, pesantren harus menjadi tempat yang tidak hanya mencegah kekerasan, tetapi juga melindungi dan mempromosikan kesejahteraan santri secara keseluruhan. 

Kolaborasi antara tiga pusat pendidikan orang tua, sekolah, dan masyarakat menjadi penting untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi santri.

Lebih lanjut, Prof. Zahrotun menyarankan bahwa perlu ada pengawasan yang lebih baik di tempat-tempat tertentu di pesantren, seperti kamar mandi atau kamar tidur, yang dapat menjadi area rawan terjadinya pelecehan seksual atau bullying.

"Pesantren harus lebih ramah anak, tidak hanya sekadar ramah, tetapi juga mencakup berbagai aspek yang membuat lingkungan pendidikan tersebut aman dan mendukung perkembangan anak secara holistik," pungkasnya.

Pesan dari Prof Zahrotun jelas yaitu pencegahan bullying dan pelecehan seksual memerlukan kerja sama, konsistensi, dan komitmen dari semua pihak, baik pengelola pesantren, santri, keluarga, maupun tenaga ahli yang kompeten. (Putra/Yadi)

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar







ADVERTISING

ADVERTISING