Jakarta, WaraWiri.net - Hari Santri Nasional (HSN) yang diperingati setiap 22 Oktober tidak lepas dari semangat resolusi Jihad KH Hasyim Asy'ari.
Resolusi jihad itu adalah simbol perjuangan santri atas komando Kiai untuk melawan penjajah.
Semangat Kiai Hasyim Asy'ari kala itu adalah untuk menjaga kemerdekaan yang baru saja dirasakan Indonesia sejak 17 Agustus.
Dengan latar belakang seperti itu, Ketua Komisi Perempuan, Remaja, dan Keluarga (KPRK) MUI, Siti Ma'rifah mendorong para santri untuk terus meneladani jiwa kepahlawanan para ulama terdahulu.
Bagaimana Kiai dan tokoh agama Islam kala itu sadar menjaga kemerdekaan Indonesia, ini membuktikan bahwa ada nilai-nilai luhur yang tertanam dalam pribadi sosok-sosok tersebut.
"Mereka mengedepankan nilai-nilai kasih sayang, musyawarah, dan nilai-nilai pendidikan akhlakul karimah dalam rangka mewujudkan insan kamil," kata Siti Ma'rifah kepada MUIDigital, Selasa (22/10/2024).
Siti Ma'rifah berpesan, para santri hari ini diharapkan mengambil contoh dari para Kiai dan santri yang kala itu menjadi garda terdepan dalam memerdekakan dan membangun bangsa ini.
Siti Ma'rifah menjelaskan, Hari Santri 2024 merupakan mata rantai resolusi jihad yang dipimpin oleh Syaikh Hasyim Asy'ari dan para ulama yang menggerakkan dan memotivasi gerakan untuk melawan penjajahan.
"Salah satu poin resolusi jihad adalah kewajiban mengusir dan membebaskan diri dari penjajah. Resolusi jihad ini yang menggerakkan peristiwa 10 November 1945," ungkapnya.
Beberapa tahun belakangan, seiring dengan santri yang mulai bermunculan di panggung nasional, muncul pula beberapa tantangan. Salah satunya adalah bullying (perundungan) maupun kekerasan seksual yang justru terjadi di lingkungan pesantren.
Untuk menanggapi tantangan itu, Ma’rifah menyampaikan, Komisi PRK MUI beberapa tahun belakangan ini juga terus menyelenggarakan roadshow di beberapa pesantren lintas provinsi untuk menguatkan peran santri yang berkarakter, mandiri, dan bermartabat.
Pada roadshow tersebut, dirinya mengajak semua pihak mencegah segala bentuk kekerasan baik kekerasan seksual, fisik, verbal, maupun perundungan yang belakangan ini terjadi di pesantren.
Sebab sikap dan tindakan tidak terpuji itu justru mencoreng makna di balik hari santri yaitu kepahlawanan dan kemerdekaan.
Siti Ma'rifah menambahkan, KPRK MUI bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Kementerian Agama (Kemenag) dan lembaga terkait sudah melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi.
“Kegiatan Komisi PRK yang bekerjasama dengan Kementerian tersebut untuk mencegah kekerasan seksual, perundungan, dan pendamping di pesantren dibekali pelatihan trauma healing, ” ungkap Doktor Hukum lulusan Universitas Krisnadwipayana ini.
Siti Ma'rifah mengajak semua pihak baik itu pemerintah, orang tua dan masyarakat untuk melakukan pengawasan agar hal tersebut tidak terulang lagi di pondok pesantren.
"KPRK MUI terus mengawal pelaksanaan undang-undang pondok pesantren. Juga menciptakan pesantren yang ramah anak dan dapat menjalankan peranannya.
"Baik dalam penguatan akhlak, pengembangan ilmu pengetahuan, dan sosial kemasyarakatan," paparnya.
Siti Ma'rifah berharap, momen Hari Santri 2024 ini, pemerintah bisa lebih hadir dan memberikan perhatian terhadap pesantren dan santri.
"Untuk terwujudnya santri yang dapat menyambung juang merengkuh masa depan. Juga perlunya partisipasi masyarakat sebagai bagian penting dalam mewujudkannya," tutupnya. (Dinda/Ilham)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar